Asalamualaikum wr.wb.
Kehidupan didunia tercipta karena ilmu dan kuasa Allah SWT. Manusia pun menjadi makhluk yang berderajat tinggi karena akal yang diberikan ALLAH SWT kepada manusia. Dengan menjalankan akalnya,manusia akhirnya dapat menemukan berbagai hal yang selama ini belum dimengerti oleh manusia. Dan dengan akal juga lah ilmu dan pengetahuan berkembang di dunia. Berikut saya akan mencoba menjelaskan pengertian ilmu dan pengetahuan serta kaitannya dengan al-qur'an sebagai sumber segala ilmu.
A. Pengertian ilmu dan pengetahuan
Perbandingkan
Ilmu dengan pengetahuan,
Dalam Epistemologi Barat Sains berbeda dengan knowledge,
sebagaimana ilmu dalam epistemologi Islam berbeda dengan opini.
Ilmu
merupakan pengetahuan tentang sesuatu sebagaiman adanya, dengan demikian ilmu
bukanlah sekedar opini/dugaan semata, melainkan sebuah pengetahuan yang telah
teruji kebenarannya. Dengan menyaratkan observasi, maka Sains dituntut untuk
mampu berhubungan dengan benda-benda fisik seperti; kimia, biologi, astronomi,
bahkan bidang-bidang psikologi dan sosiologi.Dalam hal ini Aguste Comte salah
seorang bapak sosiolog asal Jerman menyatakan bahwa “sains itu
bersifat positivistic”. Dan inilah yang kita katakan sebagai unsur paling
mendasar dari Sains.
Pengetahuan diartikan sebagai
kumpulan informasi yang belum diuji kebenarannya. Pengetahuan berisi informasi
yang digambarkan secara umum atau general. Hal ini yang membuat ilmu berbeda
dengan pengetahuan. Pengetahuan diartikan sebagai segala informasi yang ada
namun belum memiliki kekuatan ilmiah berupa pembuktian dan hanya berkembang
dari mulut kemulut atau melalui media informasi.Tetapi pengetahuan memiliki
keterkaitan dengan ilmu.
Ilmu
pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses
pengkajian dan dapat diterima oleh rasio.[1]
Pendapat lain menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan gambaran atau
keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta-fakta pengalaman manusia
yang disusun dengan metode-metode tertentu dan menggunakan istilah-istilah yang
disederhanakan.[2]
Dengan demikian,dapat penulis simpulkan bahwa Ilmu terbentuk dari
pengetahuan yang telah diteliti, maksudnya sebuah ilmu bersumber dari
pengetahuan umum yang kemudian dilakukan penelitian terhadapnya sehingga
didapat hasil yang nyata atau konkret untuk membuktikan argument tersebut.
Itulah sebabnya mengapa ilmu memliki nilai yang mutlak dan dapat dibuktikan.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber
dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan, sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk
ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan,
semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia
(Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.[3]
B. Ayat – Ayat Al-Qur’an Tentang Ilmu Pengetahuan
Al-qur’an merupakan firman atau
wahyu Allah SWT sehingga apa yang ada didalamnya adalah kebenaran yang mutlak. Wahyu
tidak pernah bisa ditentang oleh akal,karena pada hakikatnya wahyu memiliki sumber
yang lebih benar yaitu datang dari Allah,sementara akal hanya menimbulkan
pemikiran yang berasal dari manusia,Pemikiran ini dapat saja berbeda-beda
sesuai tingkat akal manusia. Hal ini jelas menunjukan bahwa akal berada di
bawah wahyu. Oleh karena itu,perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat
menentang keberadaan Al Qur’an sebagai sumbernya.
a. Q.S Al-‘alaq 96/1-5
Al-Qur’an yang paling
utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya
sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang
pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5, yang berbunyi :
kecuali dengan berita yang paling agung; berita yang
memenuhi hati dengan ma’rifat (mengenal Tuhannya), keimanan dan pandangan yang
lurus, seperti berita yang menerangkan tentang nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya
dan perbuatan-Nya, termasuk pula hal-hal ghaib di masa lalu dan yang akan
datang, dan bahwa perintah serta larangannya membersihkan jiwa, menumbuhkannya
dan menyempurnakannya karena cakupannya yang mengandung keadilan, keikhlasan
dan ibadah kepada Allah Rabbul ‘alamin. Siksaan di dunia maupun siksaan di
akhirat. Termasuk rahmat (kasih-sayang)-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia
telah menetapkan hukuman berat kepada orang-orang yang menyelisihi
perintah-Nya, menerangkannya kepada mereka, dan menerangkan sebab-sebab yang
dapat mengarah kepadanya. Kepada orang-orang yang kafir dan yang mendurhakai
perintah-Nya.
Baik yang wajib maupun yang sunat, disertai
ikhlas dan mutaba’ah (sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Sebagai
balasan terhadap iman dan amal saleh mereka, di mana yang paling besarnya
adalah mendapatkan keridhaan Allah dan masuk ke surga. Baik dari kalangan
Yahudi, Nasrani, maupun orang-orang musyrik. Yang mereka ikuti hanyalah
persangkaan dan hawa nafsu; bukan ilmu. Dan alangkah besar hukuman untuknya.
Karena menyifati-Nya dengan mengambil anak sama saja mencacatkan-Nya,
menyertakan yang lain dalam hal rububiyyah-Nya (mengatur alam semesta) dan
uluhiyyah-Nya (keberhakan untuk diibadahi), serta berdusta terhadap-Nya.
[1] A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (Bandung: Pustaka.
1983), hlm. 1
[2] George Thomas W. Petik. Introduction to Philosphy (London: tp.
1985), hlm. 373-374 (terjemahan)
2
[3] Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana
Bakhti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. hlm. 17
3
0 komentar:
Posting Komentar